Senin, 16 Juli 2012

Baliiiii... Desember 2011









Tak perlu berkata-kata, karena sesungguhnya gambar telah banyak bercerita.

LDR Zone

Saat pertama kita bertemu, masih terasa jabatan hangat dari tangan kekar, masih terasa bau menyengat terkena matahari setelah seharian berolahraga, dan aku yang hanya tersenyum basa-basi.

Saat kedua kita bertemu, masih terasa bau tanah sehabis hujan dan aku yang berjudi dengan waktu, menunggumu. Malam itu tiba-tiba kita terdampar di bukit luas dengan bintang yang menatap kita, persis seperti impianku (dan mungkin impian banyak orang) kamu membuatkanku kopi hangat dan kita tak berhenti berbincang sampai mentari keluar peraduan.

Di tempat biasa, favorit kita, masih saja terekam banyak kenangan, banyak kehangatan.  Kita duduk di pojok kanan sebelah pintu keluar yang dirindangi rumput hiasan dengan pesanan yang selalu sama. Aku, Miss chocolate dan kamu, Mr Capucinno. Oh aku tahu kenapa kamu selalu memilih duduk dekat pintu, agar kita bisa melihat orang hilir mudik dengan segala kelucuan yang kita ciptakan.

Ujung jemariku mengetuk-ngetuk meja menunggu pesanan datang, kamu yang hanya memandangiku sedalam yang kamu mau. kita yang tak pernah sekalipun kehabisan cerita atau sekedar menertawakan kekonyolan masing-masing.

Di akhir waktu, kita harus berpisah, berdimensi dengan waktu dan ruang, berjarak dengan jutaan rindu dan kenangan yang selalu ingin terulang.

Kontemplasi Waktu, Aku dan Pilu

Terakhir aku menulis pilu, entah sudah berapa windu, aku lupa. Aku mungkin terlalu terbuai dipeluk haru biru cintamu, menjelajahi seluruh ruangku, terengah-engah dipelanamu, terseret ombak di aliran deras yang kau cipta sehinggaku tak lagi menapak di pantai punyaku.

Kau sesungguhnya tahu, selalu ada ruang bagiku melepas kekang, menapak masa lalu atau hanya sekedar berpetualang ke hati-hati yang bimbang.

Itulah sebab, kau tak pernah melepas sekalipun seraut senyum candu agar aku tetap dirantai oleh pesonamu.

Dan aku kini tersekat, terjerat di dalam jangkarmu. Entah sampai kapan.